Bank terbesar urutan ke-16 di Amerika Serikat (AS), Silicon Valley Bank (SVB) dinyatakan kolaps hanya 48 jam setelah berencana mengumpulkan dana untuk menambah modal.
SVB resmi kolaps pada Jumat (10/3/2023), setelah berencana mengumpulkan dana untuk menambah modal pada Rabu (8/3/2023). Bank tersebut berniat menambah modal sebesar US$ 2,25 miliar atau setara Rp 34,75 triliun (kurs US$ 1=Rp 15.445).
Sebesar US$ 1,25 miliar atau sekitar Rp 19,31 triliun diharapkan diperoleh melalui penjualan saham sementara sebesar US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,7 triliun melalui saham preferen konvertibel.
SVB juga telah mengumumkan deal dengan perusahaan investasi General Atlantic senilai US$ 500 juta melalui penjualan saham.
SVB juga mengumumkan akan menjual sekuritas atau surat berharga mereka senilai US$ 21 miliar guna mendapatkan kas dan menyeimbangkan neraca mereka.
Namun, rencana tersebut gagal. Investor khawatir beban SVB akan membengkak dan mengalami kesulitan pembayaran mengingat tingginya suku bunga saat ini.
Nasabah dan investor kemudian melakukan penarikan secara besar-besaran. Hingga Kamis (9/3/2023), penarikan menembus US$ 42 miliar atau senilai Rp 648, 69 triliun.
Akibat kolaps, rush uang dari nasabah mengalir deras. Saham SVB juga jatuh lebih dari 60% sehingga membuat otoritas pasar modal melakukan suspensi.
Dampak kolapsnya SVB sudah terlihat dari pasar saham. Hitungan Reuters memperkirakan saham-saham perbankan AS merugi US$ 100 miliar dari sisi market value dalam dua hari terakhir. Sementara itu, perbankan Eropa merugi US$ 50 miliar.
Menyusul krisis di SVB, Menteri Keuangan AS Janet Yellen langsung menggelar rapat darurat dengan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed), serta Lembaga Penjamin Simpanan AS, serta Kantor Pengawasan Mata uang.
“Menteri Yellen memberikan kepercayaan penuh untuk pada regulator perbankan untuk mengambil tindakan yang tepat. Menteri Yellen menilai sistem perbankan masih tangguh dan regulator memiliki alat yang efektif untuk mengatasi peristiwa seperti ini,” tulis pernyataan Departemen Keuangan seperti dikutip dari Reuters.
Nasabah bisa mengakses simpanan mereka paling telat hingga Senin pagi mendatang. Otoritas keuangan AS sudah mengambil alih kontrol simpanan nasabah SVB. Cabang-cabang SVB akan membuka kantor hingga Senin, di bawah pengawasan ketat regulator.
Sebagai catatan, LPS Amerika FDIC hanya menjamin dana sebesar US$ 250.000 atau Rp 3,86 miliar per nasabah untuk masing-masing rekening.
Mereka yang memiliki simpanan lebih dari itu akan mendapatkan sertifikat dalam penguasaan kurator. Otoritas mengatakan mereka akan membayar nasabah yang tidak dijamin dengan pembayaran dividen tambahan dalam seminggu ke depan.
Bank tersebut diperkirakan memiliki aset senilai US$209 miliar dan deposito sekitar US$175,4 miliar per akhir 2022.
Dengan aset sebesar itu, SVB ada di peringkat 16 dalam daftar bank dengan aset terbesar di AS. Namun, 89% dari deposito senilai US$ 175 miliar tersebut tidak memiliki jaminan.