Diplomat Blak-blakan: Invasi Rusia ke Ukraina Sudah 9 Tahun!

Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin dalam acara diskusi di @america, di Pacific Place, Jakarta, Kamis (23/2/2023). (Dok. U.S. Embassy)

Tepat pada 24 Februari 2022 lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan “Operasi Khusus Militer” di Ukraina. Setahun kemudian, perang yang merugikan tersebut belum juga mereda, bahkan sejumlah ketegangan justru makin meningkat.

Dalam sebuah kesempatan, Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin buka-bukaan soal perang antara dua negara tetangga tersebut. Berikut penuturannya kepada CNBC Indonesia.

Ini bukan (satu) tahun invasi Ukraina. Ini seperti agresi skala penuh ke Ukraina sejak akhir Februari tahun lalu, tetapi faktanya (invasi Rusia) sebenarnya sudah terjadi sembilan tahun lamanya.

(Invasi Rusia) terjadi sembilan tahun lalu. Pada Februari 2014, pasukan Rusia menduduki semenanjung Krimea. Itu adalah tindakan agresi. Itu adalah kejahatan, kejahatan internasional.

Tapi yang terburuk dari semuanya, itu adalah saat di mana kami (orang Ukraina) benar-benar tidak memiliki presiden sebagai pemerintah, jadi kami sedikit bingung apa yang harus dilakukan selanjutnya. Dan mereka (Rusia) menggunakan situasi ini. Jadi itu sangat kejam, dan tidak bisa dimengerti atau dimaafkan.

Jumlah warga dan infrastruktur yang terdampak perang?

Nah, kalau mau datanya, saya rasa Anda akan mendapatkannya dari internet. Namun angka persisnya sekitar 14 juta orang Ukraina menjadi pengungsi atau terlantar. Bayangkan sekitar 14 juta orang harus mengalami hal ini.

Soal ratusan dan ribuan warga sipil yang terbunuh atau terluka parah, kami masih belum mengetahui angka akhirnya. Misalnya di kota Mariupol menjadi kuburan massal yang besar. Bisa jadi 10 ribu orang masih tertimbun reruntuhan rumah, sekolah, rumah sakit, dan lainnya.

Berbicara tentang Ukraina, kami telah kehilangan banyak orang. Kami telah kehilangan banyak sekolah, rumah sakit, infrastruktur sipil yang rusak atau hancur. Banyak hal terjadi dan dalam orang Ukraina siap untuk berperang, untuk terus melawan, untuk pergi menghadapi musuh.

Kejahatan perang yang dilakukan oleh tentara Rusia tidak akan pernah dilupakan atau dimaafkan oleh bangsa Ukraina. “Merdeka atau Mati” seperti pidato Bung Tomo di Surabaya. Dia sangat jelas tentang tekadnya tersebut dan kami mengikutinya (untuk mempertahankan Ukraina).

Bagaimana situasi ekonomi Ukraina selama perang berlangsung?

Yah, saya tidak akan memberi tahu Anda angka pastinya tetapi sebagian besar ekonomi Ukraina rusak atau hancur. Berbicara soal pertanian, kami tidak dapat mengekspor biji-bijian kami, seperti gandum, jagung, produk minyak, makanan dan lainnya (karena perang).

Biasanya, setiap tahun kami mengekspor hingga 50 hingga 60 juta ton biji-bijian. Tahun ini saya pikir saat ini (hanya berhasil ekspor) 40 juta ton biji-bijian.

Jadi ekonomi (Ukraina) sangat menderita dan saya pikir mungkin ini juga penting bagi rakyat Indonesia, bukan hanya ekonomi Ukraina yang menderita.

Kami juga mengandalkan dukungan dari teman-teman. Sama seperti ketika terkena bencana, banyak teman-teman atau negara-negara lain yang mendukung dan memberikan Anda bantuan yntuk bertahan hidup.

Warga Ukraina sendiri menjadi orang yang cukup kreatif sejak awal agresi skala penuh Rusia. Saya telah menemukan fakta bahwa 200.000 atau 300.000 bisnis baru telah dimulai oleh Ukraina sejak terakhir sejak Februari lalu.

Jadi warga fleksibel saja mengadopsi realitas baru. Seperti orang yang dulu memproduksi sepeda motor, sekarang malah memproduksi roti dan makanan atau mungkin melakukan logistik, mengantarkan obat-obatan dan lainnya.

Jadi beginilah cara kami bekerja. Kami orang Ukraina cukup fleksibel dan saling mendukung. Apa pun yang terjadi, kami (warga Ukraina) akan berkumpul dan mulai saling membantu. Jadi kita akan bertahan (dari perang ini).

Seperti apa efek domino perang?

Ini adalah perang dunia ketiga di abad ke-21, kami tidak memiliki teknologi, sehingga ketika sesuatu terjadi di dunia bagian ini, hal lain juga akan terjadi di bagian lain dunia.

Di abad ke-21 ini invasi Rusia memicu serangkaian krisis: krisis energi, krisis pangan, krisis logistik, krisis keuangan, dan lainnya. Tapi salah satu yang terburuk adalah krisis kebenaran, krisis diplomasi, yang telah terjadi sejak Perang Dunia Kedua.

Pendapat Anda terkait pidato terbaru Putin yang mengatakan Ukraina tidak akan menang dalam perang ini?

Anda tidak perlu memiliki gelar PhD untuk memahami dan menganalisis apa yang dia (Putin) katakan satu tahun yang lalu, sembilan bulan yang lalu, enam bulan yang lalu. Cukup bandingkan saja (pidatonya).

Saya akan terkejut jika Anda menemukan Putin tidak berbohong, sebab sudah menjadi kebiasaan bagi politisi Rusia, seperti Putin, (Mantan Presiden Rusia Dmitry) Medvedev dan siapa pun yang suka propaganda, untuk berbohong kepada orang-orang, kepada dunia.

Maksudku, dunia tahu apa yang terjadi. Dunia tahu apa yang telah (mereka) lakukan di Ukraina, dan mereka masih berkata (bohong) seperti, “Ya, kami tidak pernah menyerang warga sipil. Ya, kita tidak pernah melakukan kejahatan. Ya, kita tidak pernah memulai perang,” dll.

Jika Anda ingin tahu apa yang dia (Putin) katakan sebenarnya, cobalah mempelajari beberapa bahasa tubuh. Lihatlah orang-orang yang mengikuti Putun, mereka benar-benar sepertim mumi, zombie. Mereka tidak terlihat seperti orang hidup yang bereaksi saat berbicara dan berkomunikasi.

Pidato Putin sangat membosankan. Lebih baik mendengarkan pidato (Presiden Amerika Serikat) Pak Joseph Biden di Polandia. Ini lebih menginspirasi dan ini seperti dia memberitahumu tentang sesuatu yang penting.

Gimana soal Perjanjian Minsk dan akhir perang?

Anda bisa lihat di internet, di YouTube, bahwa beberapa pejabat Rusia atau mungkin analis mengatakan bahwa Perjanjian Minsk dibuat khusus oleh pemerintah Rusia untuk tidak pernah dipenuhi, tidak pernah dilaksanakan. Itu buatan (Rusia).

Jadi hasil dari delapan tahun negosiasi adalah invasi Federasi Rusia dalam skala penuh di Ukraina.

Apa yang Anda tidak tahu adalah bahwa kami sebenarnya telah mencoba untuk hidup damai bersama dengan Rusia selama tiga abad, lebih dari 350 tahun sekitar itu. Ini seperti perjuangan tanpa henti melawan perbudakan, melawan kesengsaraan, melawan kemiskinan, melawan perbudakan Rusia.

Tentu saja, perang tidak pernah berlangsung selamanya. Akhir perang adalah diplomasi adalah negosiasi dan ini akan mungkin terjadi ketika tentara Rusia terakhir meninggalkan wilayah Ukraina. Ini adalah kondisi yang menurut saya cukup logis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*