Hari ini Senin (7/11/2022) Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,72% pada kuartal III-2022. Angka ini menarik perhatian media asing karena merupakan yang tertinggi selama satu tahun ke belakang.
Agence France Presse (AFP) memberitakan hal ini dengan judul “Pertumbuhan Q3 Indonesia Meningkat tetapi Tetap di Bawah Perkiraan”. AFP menyoroti perekonomian Indonesia yang dianggap menunjukkan kinerja lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dalam pemberitaan tersebut, AFP menyebutkan hal ini terjadi karena di periode yang sama tahun lalu Indonesia tengah memberlakukan pengetatan mobilitas seiring adanya gelombang kasus COVID-19 varian delta.
Namun, AFP menekankan bahwa angka ini masih di bawah perkiraan. Sebelumnya, Firma Riset memperkirakan pertumbuhan yang jauh lebih tinggi sebesar 7,5% untuk kuartal tersebut sementara ekonom lainnya memperkirakan pertumbuhan menjadi sekitar 5,9%.
Hal yang sama juga disoroti Reuters, dalam beritanya yang berjudul “Indonesia Mencatat Pertumbuhan Ekonomi Tercepat dalam Lebih Dari Setahun, Prospeknya Tidak Pasti”, media ini mengungkapkan bahwa pencapaian Indonesia di angka 5,72% tersebut masih di bawah perkiraan dari jajak pendapat ekonom Reuters sebelumnya yang memperkirakan akan ekspansi di angka 5,89%.
Kedua media ini membeberkan alasan kenaikan pertumbuhan ekonomi ini dibanding tahun lalu, yakni karena didorong oleh ekspor dan konsumsi domestik yang kuat. Ekspor telah menyumbang sekitar seperempat dari produk domestik bruto. Mereka mengungkapkan Indonesia diuntungkan dari kenaikan harga komoditas akibat perang Rusia Ukraina pada Februari lalu. Dimana Indonesia adalah pengekspor utama batu bara, minyak bumi, emas, nikel, dan minyak sawit. Berkat kenaikan harga komoditas ini, ekspor Indonesia tumbuh di angka 21,64% yoy pada kuartal 3, dimana angka ini naik sebanyak 19,74%.
Konsumsi swasta meningkat sebanyak 5,4%, kenaikan ini telah menyumbang lebih dari setengah produk domestik bruto (PDB) Hal ini juga didukung oleh peningkatan pengeluaran oleh kelompok berpenghasilan menengah dan atas, dan sedikit berubah dari pertumbuhan 5,5% pada kuartal kedua. Dengan tidak memperhitungkan faktor musiman, PDB naik 1,81% dari tiga bulan sebelumnya, di atas perkiraan kenaikan 1,62% dalam jajak pendapat.
Reuters menambahkan pertumbuhan ekonomi ini juga didukung oleh peningkatan investasi dan pengeluaran pemerintah, konsumsi swasta yang tetap kuat, dan pengeluaran pemerintah yang menyusut lebih lambat.
Kendati demikian, kedua media ini memperingati Indonesia terkait pergeseran tantangan yang tengah dihadapi saat ini. Meskipun saat ini ekspor Indonesia melonjak, pembatasan COVID-19 dicabut dan kedatangan wisatawan terus berlanjut, namun perang Rusia Ukraina dan dampak dari pandemi telah memicu kekhawatiran akan resesi global.
Kedua media ini mengutip proyeksi dari ekonom senior Asia di Capital Economics Gareth Leather yang mengungkapkan bahwa pertumbuhan stabil Indonesia dalam menghadapi tantangan ekonomi global saat ini diperkirakan akan berhenti pada bulan-bulan mendatang.
“Kami memperkirakan harga komoditas yang lebih rendah, kebijakan moneter yang lebih ketat dan inflasi yang meningkat akan menyeret pertumbuhan selama kuartal mendatang,” dikutip Senin (7/11/2022) dari Reuters.
Lebih lanjut, para analisis mengungkapkan meskipun terjadi kenaikan ekspor Indonesia saat ini, namun ke depan mereka memperkirakan Indonesia akan mengalami kesulitan ekspor, harga komoditas turun kembali dan pertumbuhan global terus melambat. Mereka juga menilai bahwa kebijakan fiskal ketat yang diberlakukan akan membebani permintaan.