Rupiah kembali menunjukkan kekuatannya melawan dolar Amerika Serikat (AS) Rabu kemarin. Tertekan sejak pembukaan perdagangan, rupiah berhasil menutup dengan menguat tipis 0,07% ke Rp 14.830/US$.
Penguatan rupiah https://www.alternatifkas138.online/ berpeluang berlanjut lagi pada perdagangan Kamis (27/4/2023) melihat indeks dolar AS yang turun 0,4% kemarin.
Penurunan indeks dolar AS terjadi setelah Departemen Perdagangan melaporkan pesanan barang modal anjlok lebih besar dari prediksi pada Maret, begitu juga dengan pengiriman. Hal ini menjadi indikasi melambatnya ekonomi Negeri Paman Sam.
Selain itu, masalah pagu utang juga membebani dolar AS. Amerika Serikat kembali terancam gagal bayar utang (default) dalam waktu dekat. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Keuangan AS Janet Yellen, bahkan sudah mewanti-wantinya sejak tahun lalu.
“Kegagalan utang kami akan menghasilkan bencana ekonomi dan keuangan,” kata Yellen kepada anggota Kamar Dagang Metropolitan Sacramento, Selasa (25/4/2023).
“Kegagalan akan menaikkan biaya pinjaman selamanya. Investasi masa depan akan menjadi jauh lebih mahal,” tuturnya, dikutip dari Reuters.
Utang Amerika Serikat menembus US$ 31 triliun atau sekitar Rp 460 ribu triliun (kurs Rp 14.900/US$) untuk pertama kali dalam sejarah pada Oktober tahun lalu.
Data dari Kementerian Keuangan menunjukkan per 31 Maret utang Amerika Serikat menembus US$ 31,45 triliun, menjadi yang terbesar di dunia. Bahkan sangat jauh di atas Inggris, negara dengan utang terbanyak kedua di dunia yang nilainya tidak sampai US$ 9 triliun.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR saat ini berada jauh di bawah rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50), MA 100 dan MA 200 yang tentunya memberikan tenaga rupiah menguat.
Penguatan Mata Uang Garuda semakin terakselerasi setelah sukses menembus level psikologis setelah sukses melewati Rp 15.090/US$ yang sebelumnya menjadi support kuat.
Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50% yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Rupiah pada Jumat (14/4/2023) lalu bahkan menembus ke bawah Fib. Retracement 61,8%. Namun, di hari yang sama rupiah membentuk pola Hammer. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah.
Alhasil, dua hari sebelum libur panjang rupiah mengalami pelemahan.
Indikator Stochastic pada grafik harian kini berbalik mendekati wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang belum masuk overbought artinya risiko pelemahan rupiah masih ada, meski tidak sebesar sebelumnya.
Rupiah saat ini berada di dekat resisten di kisaran Rp 14.850/US$ – Rp 14.880/US$. Jika ditembus ada risiko pelemahan ke Rp 14.930/US$.
Sebaliknya Fib. Retracement 61,8% di kisaran Rp 14.730/US$ menjadi menjadi support terdekat yang akan menahan seandainya rupiah menguat. Tetapi jika mampu ditembus dengan konsisten, rupiah berpeluang menguat lebih jauh.